Rapor Pemain Man United Saat Melawan Everton. Malam yang mengecewakan di Old Trafford saat Manchester United menjamu Everton di pekan ke-12 Liga Utama Inggris musim 2025/26. Pada 24 November 2025, tuan rumah kalah 0-1 dari tim tamu yang bermain dengan 10 pemain sejak menit ke-13 akibat kartu merah Idrissa Gueye yang menampar rekan setimnya, Michael Keane. Gol indah Kiernan Dewsbury-Hall di menit ke-29 jadi penentu, meski tuan rumah mendominasi penguasaan bola hingga 68 persen dan melepaskan 18 tembakan—10 tepat sasaran. Ini kekalahan historis pertama di kandang lawan tim minus satu orang, memutus rentetan tak terkalahkan lima laga dan jatuh tepat setahun era Ruben Amorim. Rapor pemain tuan rumah penuh catatan merah: dominasi sia-sia, kurang ketajaman, dan intensitas rendah. Dari kiper yang gagal antisipasi hingga kapten yang frustrasi, performa kolektif ini soroti masalah kronis yang butuh perbaikan cepat untuk selamatkan musim. INFO CASINO
Lini Belakang: Kerapuhan yang Mahal: Rapor Pemain Man United Saat Melawan Everton
Senne Lammens, kiper pengganti, dapat nilai terendah 4/10—ia gagal hentikan tendangan melengkung Dewsbury-Hall dari 25 meter, meski bola punya kekuatan dan arah sempurna. Posisinya terlalu maju saat Everton counter, dan distribusinya lambat, dengan akurasi umpan hanya 72 persen. Leny Yoro (5/10) kesulitan awal, mundur saat Dewsbury-Hall ambil tembakan dan kalah posisi di flank kiri, meski blok satu peluang di babak kedua. Matthijs de Ligt (6/10) paling solid di back three, menang 8 duel udara dan beri challenge bagus di awal babak kedua untuk rally tim, tapi volinya lebar di menit ke-62 sia-siakan momentum. Luke Shaw (5/10) tertangkap out of position berkali-kali saat Everton bahaya di babak pertama, meski passing-nya akurat 85 persen. Noussair Mazraoui (4/10) buruk di wing-back kanan, tak ganggu permainan lawan dan diganti half-time karena gagal tekan flank—pergantian ini tak ubah dinamika. Lini belakang kebobolan dari open play, tunjukkan kurang kompak meski unggul jumlah.
Lini Tengah: Kurang Kreativitas dan Energi: Rapor Pemain Man United Saat Melawan Everton
Bruno Fernandes, kapten, drop stinker dengan 5/10—92 sentuhan tapi nol key pass krusial, tembakannya dari jarak dekat di stoppage time babak pertama digagalkan Jordan Pickford, dan ia lempar sarung tangan frustrasi setelah peluang lain melambung. Passing akurasinya turun ke 78 persen, terendah musim ini, dan ia tidur defensif saat gol Dewsbury-Hall. Casemiro (5/10) flat, kalah 60 persen duel dan tak disrupt permainan Everton seperti tugasnya, meski tambah energi pasca-jeda internasional. Diogo Dalot (6/10) paling oke di midfield, menang 6 duel dan beri umpan silang bagus ke kotak penalti, tapi lesu overall karena capek dari tugas timnas. Amad Diallo (5/10) tak ancam dari flank kanan, cuma satu dribel sukses dan tembakannya lebar—ia gagal ciptakan overload meski lawan 10 orang. Mason Mount, masuk gantikan Mazraoui (6/10), tambah kreativitas dengan dua key pass di babak kedua, tapi terlambat; ia hampir assist sundulan Zirkzee. Lini tengah kuasai bola tapi mandul, dengan jarak lari tim hanya 102 km—15 persen di bawah rata-rata.
Lini Depan: Peluang Sia-Sia dan Kekecewaan
Joshua Zirkzee, start pertama musim ini (4/10), blow chance-nya: dua sundulan dekat gawang digagalkan Pickford, termasuk satu di menit ke-45 yang nyaris equalizer. Ia tampak lambat bereaksi pasca-jeda Belanda, dengan hold-up play lemah dan nol gol dari open play. Matheus Cunha (5/10) bergantung momen tapi final ball buruk, cuma satu tembakan tepat sasaran meski tekan bek Everton. Bryan Mbeumo (5/10) low effort-nya dari jarak dekat dihentikan Pickford, dan ia flat tak disrupt play lawan—debutnya di skuad Amorim tak beri impact. Kobbie Mainoo, masuk akhir laga (6/10), beri energi segar dengan tackle krusial di menit ke-81, tapi terlambat ubah skor. Lini depan ciptakan xG 1.8 tapi konversi nol, soroti ketergantungan pada individu daripada pola tim. Cedera Benjamin Sesko dan Harry Maguire tambah beban, tapi ini bukan alasan penuh—mereka gagal ubah dominasi jadi ancaman nyata.
Dampak Rapor terhadap Tim dan Amorim
Rapor keseluruhan rata-rata 5/10 tunjukkan skuad Amorim lethargic pasca-internasional break: penguasaan tinggi tapi intensitas rendah, seperti kritik Rio Ferdinand soal “no urgency”. Amorim frustrasi, teriak di pinggir lapangan dan ganti strategi half-time, tapi tak cukup—ia akui “kami tak ubah segalanya jadi gol.” Suporter boo di akhir, tambah tekanan di posisi 10 klasemen dengan 18 poin, tertinggal enam dari zona Eropa. Ini pukulan bagi Amorim setahun menangani: rekor kandang rusak, dan pola familiar seperti musim lalu muncul lagi. Namun, ada sinar: de Ligt dan Dalot beri fondasi, Mount tunjukkan potensi rotasi. Laga lawan Crystal Palace akhir pekan jadi ujian—Amorim rencana perbaiki ketajaman dan stamina untuk hindari lubang lebih dalam.
Kesimpulan
Rapor pemain Manchester United lawan Everton penuh kekecewaan: dari Lammens yang lemah di gol hingga Zirkzee yang sia-siakan peluang, skuad gagal manfaatkan keunggulan numerik. Dominasi statistik tak berarti tanpa intensitas dan konversi, ciptakan kekalahan historis yang alarm Amorim untuk introspeksi cepat. Ini bukan akhir, tapi panggilan bangun—dengan lini tengah mandul dan depan tumpul, perubahan taktik butuh prioritas. Musim panjang, dan respons lapangan selanjutnya tentukan apakah Old Trafford kembali riuh atau tenggelam lebih dalam. Yang pasti, tuan rumah butuh hati juang lebih untuk pulihkan kepercayaan.
