Perubahan Aturan VAR & Penalti Jelang Piala Dunia 2026

Perubahan Aturan VAR & Penalti Jelang Piala Dunia 2026

Perubahan Aturan VAR & Penalti Jelang Piala Dunia 2026. Menjelang Piala Dunia 2026 yang akan digelar di Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko, International Football Association Board (IFAB) tengah mempersiapkan perubahan signifikan pada aturan sepak bola, khususnya terkait Video Assistant Referee (VAR) dan eksekusi penalti. Perubahan ini bertujuan untuk meningkatkan keadilan dan memperbaiki pengambilan keputusan di lapangan, sekaligus menjawab kritik yang muncul dari insiden kontroversial di kompetisi sebelumnya. Wacana ini telah memicu beragam reaksi, mulai dari dukungan hingga kekhawatiran di kalangan penggemar dan pelaku sepak bola. Apa saja fakta terkait perubahan aturan ini, dan bagaimana dampaknya bagi permainan? Artikel ini mengulas detail perubahan yang diusulkan dan potensi pengaruhnya pada Piala Dunia 2026.

Perluasan Kewenangan VAR

Salah satu perubahan utama yang sedang dipertimbangkan IFAB adalah perluasan cakupan intervensi VAR. Saat ini, VAR hanya digunakan untuk meninjau keputusan terkait gol, penalti, kartu merah langsung, dan kesalahan identitas pemain. Namun, IFAB berencana memperluas wewenang VAR untuk mencakup keputusan berbasis fakta, seperti pemberian sepak pojok yang salah atau kartu kuning kedua yang kontroversial. Perubahan ini dipicu oleh insiden seperti kartu merah Declan Rice saat Arsenal melawan Brighton pada musim 2024/2025, yang tidak dapat ditinjau karena keterbatasan aturan saat ini. Dengan perluasan ini, VAR diharapkan dapat mengoreksi kesalahan wasit yang jelas tanpa mengganggu alur permainan secara signifikan. Namun, syaratnya adalah peninjauan harus cepat dan hanya untuk kesalahan nyata, seperti yang telah diuji coba pada Piala Dunia Antarklub 2025.

Perubahan Aturan Penalti

Perubahan paling radikal yang diusulkan adalah penghapusan peluang mencetak gol dari bola muntah (rebound) setelah eksekusi penalti gagal, kecuali dalam adu penalti. Dalam skema baru ini, jika tendangan penalti gagal masuk karena ditepis kiper atau membentur tiang, bola akan langsung dianggap mati, dan permainan dilanjutkan dengan tendangan gawang untuk tim bertahan. Aturan ini terinspirasi dari penalti dalam olahraga hoki, di mana eksekusi penalti adalah momen tunggal tanpa peluang kedua. Tujuannya adalah menjadikan penalti sebagai keputusan definitif, mengurangi kontroversi seperti gol Harry Kane dari bola muntah saat Inggris melawan Denmark di Euro 2020. Namun, wacana ini menuai kritik keras dari suporter, yang menyebutnya “merusak esensi sepak bola” karena menghilangkan momen dramatis dari bola pantulan.

Selain itu, IFAB telah merevisi aturan penalti sentuhan ganda menyusul insiden Julian Alvarez di Liga Champions 2024. Sebelumnya, gol dari penalti dibatalkan jika penendang secara tidak sengaja menyentuh bola dua kali. Kini, aturan baru mengizinkan pengulangan penalti jika gol tercipta dalam situasi tersebut, seperti yang mulai diterapkan di UEFA Nations League pada Juni 2025. Revisi ini bertujuan untuk menghindari hukuman berlebihan bagi pemain yang tidak sengaja melanggar.

Reaksi dan Kontroversi

Wacana perubahan aturan ini telah memicu gelombang reaksi di media sosial dan komunitas sepak bola. Banyak penggemar menganggap penghapusan rebound penalti akan mengurangi ketegangan dan peluang serangan yang menjadi bagian dari pesona sepak bola. Seorang penggemar menulis, “Menghapus rebound sama saja dengan menghilangkan peluang ikonik seperti gol Xabi Alonso di final Liga Champions 2005.” Sementara itu, pendukung perubahan berargumen bahwa aturan ini akan meningkatkan keadilan dengan mencegah gol yang dianggap tidak sengaja. Pelatih dan wasit juga memiliki pandangan beragam, dengan beberapa menyambut perluasan VAR untuk mengurangi kesalahan, sementara yang lain khawatir akan penundaan permainan yang lebih lama.

Implementasi dan Uji Coba: Perubahan Aturan VAR & Penalti Jelang Piala Dunia 2026

IFAB dikenal berhati-hati dalam menerapkan perubahan aturan. Menurut laporan, keputusan final akan diambil pada pertemuan tahunan mereka di Maret 2026, dengan implementasi dijadwalkan mulai 1 Juni 2026, tepat sebelum Piala Dunia. Uji coba aturan penalti tanpa rebound telah dilakukan di Piala Dunia Antarklub 2025, dengan hasil yang menunjukkan pengurangan kontroversi terkait bola muntah, meskipun dinamika serangan berkurang. Perluasan VAR juga telah diuji di beberapa kompetisi UEFA, dengan fokus pada efisiensi waktu peninjauan. FIFA dan IFAB berharap perubahan ini dapat menyeimbangkan antara inovasi dan tradisi sepak bola, meskipun tantangan besar menanti untuk meyakinkan publik.

Dampak bagi Piala Dunia 2026: Perubahan Aturan VAR & Penalti Jelang Piala Dunia 2026

Piala Dunia 2026, yang akan menampilkan 48 tim untuk pertama kalinya, diprediksi akan menjadi panggung bagi wajah baru sepak bola. Perubahan aturan VAR dan penalti ini diharapkan dapat meningkatkan akurasi keputusan wasit, terutama di laga-laga krusial seperti babak gugur. Bagi tim seperti Indonesia, yang kini berada di babak keempat kualifikasi, aturan baru ini bisa memengaruhi strategi, terutama dalam situasi penalti. Pelatih Patrick Kluivert kemungkinan akan menyesuaikan latihan eksekusi penalti untuk mengantisipasi aturan tanpa rebound, yang menuntut akurasi lebih tinggi dari penendang.

Penutup: Perubahan Aturan VAR & Penalti Jelang Piala Dunia 2026

Perubahan aturan VAR dan penalti yang diusulkan IFAB menjelang Piala Dunia 2026 menawarkan potensi untuk meningkatkan keadilan, tetapi juga memicu perdebatan sengit. Perluasan kewenangan VAR untuk meninjau kartu kuning kedua dan sepak pojok, serta penghapusan rebound penalti, mencerminkan upaya untuk menyempurnakan permainan di era modern. Namun, tantangan terbesar adalah menjaga esensi sepak bola yang penuh drama dan emosi. Dengan keputusan final yang akan diambil pada 2026, dunia sepak bola menantikan bagaimana aturan ini akan membentuk turnamen terbesar di planet ini.

BACA SELENGKAPNYA DI…

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *