supercomputer-remehkan-everton-kasih-peluang-menang-12

Supercomputer Remehkan Everton, Kasih Peluang Menang 12%

Supercomputer Remehkan Everton, Kasih Peluang Menang 12%. Merseyside derby selalu jadi panggung dramatis di Premier League, dan edisi 2025/26 ini tak terkecuali. Liverpool, juara bertahan yang menyapu bersih empat laga awal musim dengan kemenangan, siap jamu Everton di Anfield pada Sabtu, 20 September. The Reds datang dengan momentum panas, termasuk gol telat Virgil van Dijk yang selamatkan tiga poin lawan Atletico Madrid di Liga Champions Rabu malam. Sementara itu, Everton di bawah David Moyes tampil solid: tujuh poin dari empat pertandingan, dengan dua kemenangan, satu seri, dan satu kekalahan tipis. Duet Jack Grealish dan Iliman Ndiaye jadi senjata utama Toffees, yang kini bermain di stadion baru Hill Dickinson Stadium untuk laga kandang. Tapi, supercomputer Opta Analyst baru saja merilis prediksi yang bikin fans Everton geram: peluang menang hanya 12,1 persen, sementara Liverpool unggul 71,7 persen dan seri 16,3 persen. Ini bukan cuma angka dingin; ini tantangan bagi Moyes yang tak pernah menang di Anfield dalam 20 upaya Premier League. Di tengah rivalitas panas ini—di mana Everton terakhir menang di sana tahun 1999—prediksi ini seperti tamparan. Bisa jadi Everton buktiin supercomputer salah, atau Liverpool perkuat dominasi. Mari kita kupas apa itu supercomputer, akurasinya, dan alasan di balik angka rendah itu, sambil lihat fakta lapangan yang bikin derby ini tak terduga. BERITA BOLA

Apa Itu Supercomputer

Supercomputer di dunia sepak bola bukan robot raksasa dari film sci-fi, tapi model simulasi canggih yang pakai data masif untuk prediksi hasil. Yang paling terkenal adalah Opta Supercomputer, dibuat oleh Opta Analyst—perusahaan analitik olahraga yang kumpulkan miliaran data dari setiap sentuhan bola, lari pemain, hingga pola passing. Cara kerjanya sederhana tapi kuat: ia jalankan 10.000 simulasi pertandingan virtual berdasarkan faktor seperti form terkini, rekor head-to-head, cedera, lokasi stadion, bahkan cuaca. Untuk Merseyside derby ini, supercomputer hitung probabilitas berdasarkan 10.000 skenario, hasilnya: Liverpool menang di 71,7 persen simulasi, seri 16,3 persen, dan Everton 12,1 persen.

Ini bukan prediksi satu kali; supercomputer update terus sepanjang musim. Misalnya, sebelum musim 2025/26 dimulai, Opta prediksi Liverpool finis pertama dengan 73,2 poin rata-rata, sementara Everton di posisi 13 dengan 48,5 poin. Alat ini dipakai bookmaker untuk odds taruhan—seperti Liverpool menang di 1.40, Everton 8.00—dan media seperti BBC atau Sky Sports untuk analisis. Bukan cuma Premier League; supercomputer Opta juga prediksi La Liga, Bundesliga, hingga Piala Dunia. Keunggulannya: obyektif, bebas bias manusia, dan pakai data historis sejak 1992. Tapi ingat, ini alat bantu, bukan bola kristal—sepak bola penuh kejutan, seperti gol 98 menit James Tarkowski di derby terakhir Goodison Park musim lalu yang bikin skor 2-2.

Apakah Prediksi Supercomputer Selalu Akurat: Supercomputer Remehkan Everton, Kasih Peluang Menang 12%

Prediksi supercomputer akurat secara statistik, tapi tak pernah 100 persen—sepak bola terlalu chaos untuk itu. Opta klaim akurasi sekitar 52-55 persen untuk prediksi pemenang pertandingan, lebih baik dari tebakan acak (33 persen), tapi masih kalah jauh dari pasti. Musim 2024/25, supercomputer tepat prediksi Liverpool juara dengan 84,7 persen di akhir, tapi gagal ramal hasil derby akhir musim di mana Everton imbangi The Reds. Secara keseluruhan, model Opta benar di 70 persen kasus untuk posisi top-four, tapi untuk laga spesifik seperti derby, akurasi drop ke 60 persen karena faktor emosi dan motivasi.

Contoh: di musim 2023/24, supercomputer beri Manchester City 68 persen peluang juara, dan mereka menang—tapi underestimate Arsenal yang finis runner-up. Untuk Everton, musim lalu Opta prediksi finis 13, dan mereka tepat di situ, tapi awalnya underestimate start lambat mereka. Kekurangannya: tak bisa hitung variabel tak terduga seperti cedera mendadak (seperti Jarrad Branthwaite hamstring Everton sekarang) atau kontroversi VAR. Plus, model bergantung data historis—Everton tak menang di Anfield sejak 1999, bikin bobot simulasi condong ke Liverpool. Tapi supercomputer bukti diri: di 10.000 simulasi per musim, rata-rata prediksi posisi akhir akurat 80 persen. Intinya, ini panduan solid, tapi derby seperti ini sering lahirkan cerita heroik yang bikin angka jadi omong kosong.

Kenapa Supercomputer Memprediksi Peluang Kemenangan Everton Sangat Kecil

Supercomputer beri Everton peluang tipis 12,1 persen karena campuran data historis, form terkini, dan faktor taktis yang condong ke Liverpool. Pertama, rekor head-to-head: Liverpool menang 17 dari 28 laga kandang terakhir lawan Everton (D10 L1), termasuk empat kemenangan beruntun dengan clean sheet. Moyes tak pernah menang di Anfield dalam 20 laga Premier League (D6 L14)—data ini bobot besar di simulasi. Kedua, form awal musim: Liverpool sempurna, empat menang dari empat, dengan clean sheet tiga kali dan gol telat Salah lawan Burnley. Everton solid dengan tujuh poin—menang 2-0 Wolves, 3-2 Brighton—tapi kalah 0-1 Leeds awal dan seri 0-0 Villa, tunjukkan pertahanan rapat tapi serangan kurang klinis (hanya enam gol dari empat laga).

Ketiga, skuad dan cedera: Liverpool punya kedalaman gila—Salah ciptakan 12 peluang, Isak debut solid, Van Dijk benteng. Everton kehilangan Branthwaite (hamstring out berminggu), Mykolenko ragu groin, plus Coleman dan O’Brien absen. Grealish dan Ndiaye impresif (delapan peluang ciptakan), tapi Liverpool dominasi penguasaan bola 62 persen rata-rata, bikin counter Everton sulit. Keempat, faktor stadion: Anfield beri energi ekstra, dengan “You’ll Never Walk Alone” yang bikin pengunjung gelisah—Everton tak menang tandang di sana 26 tahun. Supercomputer hitung ini semua dalam 10.000 simulasi, hasilnya Everton menang hanya di 1.210 skenario. Meski Everton kuat tandang (enam menang dari 11 laga PL terakhir Moyes), data bilang peluang kecil—tapi derby sering flip script, seperti equalizer Tarkowski musim lalu.

Kesimpulan: Supercomputer Remehkan Everton, Kasih Peluang Menang 12%

Prediksi supercomputer Opta yang remehkan Everton dengan 12,1 persen peluang menang di Merseyside derby ini jadi bahan bakar sempurna bagi Toffees untuk buktiin sebaliknya. Alat canggih ini, dengan simulasi 10.000 kali berdasarkan data masif, akurat secara keseluruhan tapi rentan kejutan emosional seperti derby. Alasan rendahnya peluang—rekor buruk tandang, form Liverpool panas, cedera kunci—logis, tapi Everton punya cerita comeback musim ini di bawah Moyes, plus duet Grealish-Ndiaye yang bisa ubah segalanya. Anfield Sabtu ini bakal panas, dengan rivalitas yang tak kenal kompromi. Bagi fans biru, ini kesempatan balas dendam setelah 26 tahun; bagi The Reds, pertahankan dominasi. Supercomputer bilang Liverpool favorit, tapi sepak bola ajarkan: angka tak selalu cerita akhir. Everton, saatnya bikin sejarah—atau setidaknya, bikin supercomputer restart.

 

BACA SELENGKAPNYA DI…

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *