Olivier Giroud, Dari Cadangan Abadi Menjadi Legenda Tanpa Banyak Bicara. Dalam dunia sepak bola yang dipenuhi bintang dengan kecepatan tinggi, teknik brilian, dan gaya hidup glamor, Olivier Giroud menjadi pengecualian yang mencolok. Ia bukan pemain tercepat, bukan pula yang paling teknikal. Namun satu hal yang tak bisa dipungkiri: Giroud adalah pemenang. Dan lebih dari itu, ia adalah simbol dari ketekunan dan pengabdian yang sering kali terabaikan.
Awal Karier yang Tak Menjanjikan
Giroud memulai kariernya di klub kecil Grenoble di Prancis, sebelum kemudian berkelana ke Tours dan Montpellier. Tidak ada yang menyangka bahwa seorang striker jangkung yang bahkan tak masuk radar akademi elit Prancis itu akan mengangkat trofi Liga Champions dan Piala Dunia suatu hari nanti.
Namun di Montpellier lah namanya mulai dikenal. Pada musim 2011-2012, Giroud mencetak 21 gol dan membawa Montpellier meraih gelar Ligue 1 untuk pertama kalinya dalam sejarah. Sebuah pencapaian luar biasa yang akhirnya membuat Arsenal tertarik membawanya ke Premier League.
Selalu Diragukan di Arsenal
Kepindahan ke Arsenal seharusnya menjadi loncatan besar. Tapi Giroud justru menjadi sasaran kritik. Ia kerap dicap lambat, tidak klinis, dan bukan tipikal striker modern. Bahkan ketika ia mencetak gol demi gol, sebagian fans masih meragukannya.
Meski begitu, Giroud tetap bekerja keras. Ia tidak pernah mengeluh ketika tak menjadi pilihan utama. Ia menerima kritik dengan kepala tegak dan menjawabnya di lapangan dengan dedikasi. Hingga akhirnya, ia mencetak lebih dari 100 gol untuk Arsenal dan menjadi salah satu top scorer dalam sejarah klub.
Menjadi Pahlawan yang Tak Disangka di Timnas Prancis
Perjalanan Giroud bersama tim nasional Prancis penuh warna. Ia bukan bintang utama seperti Griezmann atau Mbappé, namun peran taktisnya sangat vital. Pada Piala Dunia 2018, ia tidak mencetak satu gol pun, tapi Deschamps tetap menjadikannya ujung tombak utama. Kenapa? Karena Giroud membuka ruang, menjadi tembok, dan memberi keseimbangan dalam serangan.
Kepercayaan itu terbukti tepat. Prancis keluar sebagai juara dunia, dan Giroud menjadi simbol pemain tim yang sejati. Bahkan di Piala Dunia 2022, ketika semua orang membicarakan striker muda, Giroud muncul sebagai top scorer Prancis dan melewati rekor gol Thierry Henry sebagai pencetak gol terbanyak sepanjang masa Les Bleus.
Trofi dan Pengakuan yang Datang Belakangan
Setelah Arsenal, Giroud melanjutkan petualangan ke Chelsea dan AC Milan. Di Chelsea, ia memenangkan Liga Europa dan Liga Champions. Di Milan, ia membantu Rossoneri meraih gelar Serie A yang telah lama dinanti. Giroud selalu hadir dalam momen-momen penting, bahkan ketika publik tidak menyorotnya.
Ia tidak perlu banyak bicara atau mencari sorotan. Ia tahu bahwa kerja keras, loyalitas, dan sikap rendah hati akan bicara lebih keras daripada selebrasi di media sosial.
Kesimpulan
Olivier Giroud adalah bukti nyata bahwa tak semua pahlawan bersinar terang. Beberapa bekerja dalam diam, konsisten, dan akhirnya mendapat tempat terhormat dalam sejarah. Ia adalah striker yang membungkam kritik dengan ketekunan, dan membuktikan bahwa sepak bola bukan hanya soal kecepatan dan skill, tapi juga tentang mentalitas, peran dalam tim, dan kesetiaan terhadap tugas.
Dalam era yang memuja sensasi dan sorotan kamera, Giroud tetap setia pada prinsipnya: bekerja keras, mencetak gol, dan terus maju. Mungkin, itulah mengapa ia begitu dicintai oleh rekan satu tim dan dihormati oleh lawan.