alasan-chelsea-bisa-di-comeback-oleh-atalanta

Alasan Chelsea Bisa di Comeback Oleh Atalanta

Alasan Chelsea Bisa di Comeback Oleh Atalanta. Malam yang seharusnya menjadi langkah mantap bagi Chelsea di Liga Champions 2025/26 berubah menjadi mimpi buruk di Stadion Gewiss, Bergamo. Pada 9 Desember 2025, The Blues—yang memimpin berkat gol cepat Joao Pedro di menit ke-25—malah dikalahkan 2-1 oleh Atalanta melalui comeback dramatis di babak kedua. Gol penyeimbang Gianluca Scamacca dan pemenang Charles De Ketelaere di menit ke-83 menyudahi harapan Chelsea untuk finis di delapan besar fase liga, meninggalkan mereka dengan poin pas-pasan dan rekor tak terkalahkan yang kini retak. Kekalahan ini bukan hanya pukulan bagi ambisi Enzo Maresca, tapi juga pengingat bahwa perjalanan muda skuad London ini masih penuh lubang. Dengan transisi cepat dari serangan ke pertahanan yang gagal, pertandingan ini menyoroti mengapa Atalanta, di bawah Raffaele Palladino, bisa membalikkan keadaan melawan tim yang seharusnya lebih superior. Di tengah hiruk-pikuk fase liga yang ketat, insiden ini jadi bahan obrolan hangat, mempertanyakan ketahanan mental Chelsea di panggung Eropa. INFO TOGEL

Kelemahan Pertahanan yang Terbongkar: Alasan Chelsea Bisa di Comeback Oleh Atalanta

Pertahanan Chelsea, yang awalnya tampak kokoh, runtuh seperti kartu domino di babak kedua, membuka jalan bagi comeback Atalanta. Setelah memimpin 1-0, The Blues kehilangan Wes Fofana karena cedera mata akibat benturan tak sengaja dengan Scamacca di menit ke-60, memaksa Tosin Adarabioyo masuk sebagai pengganti darurat. Pergantian ini mengganggu ritme lini belakang, di mana koordinasi antara bek tengah dan full-back mulai goyah. Atalanta memanfaatkan celah itu dengan sundulan Scamacca dari umpan silang Ademola Lookman, yang lolos pengawasan Reece James. Statistik menunjukkan Chelsea kebobolan dua gol dari situasi bola mati dan transisi cepat, sesuatu yang jarang terjadi di liga domestik mereka. Palladino, pelatih Atalanta yang baru, memuji disiplin timnya dalam menekan tinggi, yang membuat Chelsea kesulitan membangun serangan dari belakang. Cedera Fofana bukan satu-satunya faktor; rotasi skuad Maresca—dengan banyak pemain muda seperti Acheampong yang debut—mengakibatkan kurangnya pengalaman di momen krusial, membiarkan Atalanta mendominasi penguasaan bola menjadi 58 persen pasca-istirahat. Ini jadi pelajaran pahit bahwa pertahanan rapuh bisa hancurkan lead apa pun.

Kontribusi Pemain Kunci Atalanta: Alasan Chelsea Bisa di Comeback Oleh Atalanta

Comeback Atalanta tak lepas dari kilauan individu yang membuat perbedaan, terutama duo Scamacca dan De Ketelaere yang jadi algojo utama. Scamacca, penyerang Italia yang sempat mandul, membuka keran golnya dengan sundulan akurat di menit ke-70, memanfaatkan umpan silang presisi dari Lookman—pemain yang disebut “thorn in the side” oleh mantan bintang Chelsea. De Ketelaere kemudian menyegel kemenangan dengan tembakan rendah yang dibelokkan kiper Robert Sanchez ke gawang sendiri, menciptakan tiga peluang besar sepanjang laga. Ederson di lini tengah juga patut disebut, dengan intersepsi krusial yang memutus alur Chelsea dan memicu serangan balik mematikan. Di bawah Palladino, Atalanta menunjukkan ritme khas: bertahan rapat awal, lalu meledak di akhir, seperti yang terlihat di kemenangan mereka atas Frankfurt sebelumnya. Skuad ini, dengan struktur De Roon dan Pašalić di tengah, tak bergantung pada satu bintang; Sulemana di sayap menambah kecepatan yang membuat full-back Chelsea kewalahan. Performa ini kontras dengan Chelsea, di mana Cole Palmer dan Pedro Neto gagal memanfaatkan akurasi umpan 89 persen mereka, menjadikan Atalanta pahlawan malam itu.

Kurangnya Ketahanan Mental Chelsea

Aspek mental jadi biang kerok utama mengapa Chelsea tak bisa bertahan dari tekanan, mengulang pola lama di kompetisi Eropa. Setelah unggul, The Blues terlihat puas diri, kehilangan intensitas pressing yang membuat mereka unggul di babak pertama—di mana Sanchez menyelamatkan dua tembakan Lookman dan Acheampong blok tembakan jarak dekat. Ini pertama kalinya sejak 2013 Chelsea kalah setelah memimpin di babak pertama Liga Champions, menandakan kurangnya resiliensi di bawah Maresca. Joao Pedro, pencetak gol pembuka dari tendangan sudut cepat, mengakui pasca-laga bahwa tim “kecewa dan harus belajar,” mencerminkan frustrasi skuad muda yang masih belajar menghadapi comeback lawan. Atalanta, sebaliknya, punya mental baja dari pengalaman Europa League 2024, memungkinkan mereka balikkan xG 1.74 milik mereka melawan 1.25 Chelsea. Faktor kelelahan dari jadwal padat—empat laga tanpa menang di semua kompetisi—juga berperan, membuat pemain seperti James dan Chalobah lambat bereaksi terhadap flank play cepat tuan rumah. Kekalahan ini perpanjang tren buruk, memaksa Chelsea andalkan pertandingan sisa untuk lolos knockout.

Kesimpulan

Comeback Atalanta atas Chelsea jadi cermin ketidakkonsistenan The Blues di Liga Champions, di mana kelemahan pertahanan, keunggulan individu lawan, dan mental yang rapuh gabungkan jadi resep kekalahan. Skor 2-1 itu bukan akhir dunia bagi Maresca—dengan skuad muda penuh potensi seperti Estêvão dan Palmer—tapi sinyal darurat untuk perbaikan cepat. Atalanta, dengan Palladino di kemudi, bukti bahwa disiplin dan surge akhir bisa kalahkan favorit. Bagi penggemar, ini pengingat pahit bahwa Eropa tak kenal ampun; Chelsea harus bangkit di laga berikutnya untuk selamatkan musim. Di fase liga yang sengit, kisah ini tambah bumbu, janjikan drama lebih banyak hingga akhir Desember.

BACA SELENGKAPNYA DI…

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *