Florentiono Perez Ingin Jual 49% Saham Real Madrid. Pada 13 November 2025, Florentino Pérez, presiden Real Madrid yang karismatik, kembali mengguncang dunia sepak bola dengan rencana radikal: menjual hingga 49 persen saham klub kepada investor eksternal. Ide ini, yang pertama kali muncul pada Oktober lalu, kini memasuki tahap diskusi lebih dalam di kalangan dewan klub. Sebagai klub anggota tertua di Eropa dengan tradisi 123 tahun, Madrid selalu bangga atas kepemilikan penuh oleh socios—ribuan anggota yang memegang kendali melalui suara mereka. Namun, Pérez yakin langkah ini perlu untuk pertahankan dominasi di era di mana rival-rival didukung negara seperti Manchester City atau Paris Saint-Germain unggul secara finansial. Saat Los Blancos memimpin La Liga dengan selisih tujuh poin, proposal ini memicu perdebatan sengit: apakah ini inovasi brilian atau pengkhianatan terhadap akar rumput? BERITA BOLA
Rencana Perubahan yang Kontroversial: Florentiono Perez Ingin Jual 49% Saham Real Madrid
Rencana Pérez tak datang begitu saja. Pada pertemuan dewan 16 Oktober 2025, ia usulkan model hybrid di mana 49 persen saham dijual ke perusahaan atau dana investasi, sementara socios pertahankan mayoritas di atas 50 persen. Ini memungkinkan klub terima suntikan modal besar tanpa hilang kendali demokratis. Detail terbaru yang bocor pekan ini menyebut kemungkinan pisah entitas: satu untuk operasi sepak bola murni, yang lain untuk bisnis seperti merchandising, hak siar, dan proyek Santiago Bernabeu yang baru direnovasi.
Menurut sketsa awal, penjualan saham bisa hasilkan hingga miliaran euro, cukup untuk rekrut talenta top atau bangun fasilitas pelatihan canggih. Pérez, yang memimpin klub sejak 2009 dengan dua pula era sukses, lihat ini sebagai evolusi alami. “Kami harus adaptasi atau tertinggal,” katanya dalam wawancara internal, merujuk bagaimana klub-klub Inggris dan Prancis manfaatkan model saham terbuka untuk ekspansi global. Namun, prosesnya rumit: butuh persetujuan mayoritas socios melalui voting khusus, yang dijadwalkan akhir 2025. Jika lolos, ini jadi preseden pertama bagi klub Spanyol, berpotensi ubah lanskap La Liga secara keseluruhan.
Alasan Strategis di Balik Langkah Berani Pérez: Florentiono Perez Ingin Jual 49% Saham Real Madrid
Di balik proposal ini, ada kekhawatiran mendalam soal daya saing jangka panjang. Real Madrid, meski kaya prestasi dengan 15 gelar Liga Champions, hadapi tekanan finansial dari regulasi Financial Fair Play UEFA yang ketat. Musim panas lalu, klub belanjakan 150 juta euro untuk Kylian Mbappé tanpa jual aset besar, tapi Pérez sadar suntikan eksternal perlu untuk proyek masa depan seperti ekspansi stadion atau akademi global. “Investor bisa bantu kami saingi kekuatan negara,” tegasnya, soroti bagaimana klub seperti Newcastle United berubah drastis pasca-akuisisi Saudi.
Faktor lain adalah warisan Pérez sendiri. Pada masa jabatan keduanya, ia transformasikan Madrid jadi merek global dengan pendapatan 1 miliar euro per tahun, tapi kritik bilang itu datang dengan hutang renovasi Bernabeu mencapai 1,2 miliar euro. Penjualan 49 persen saham dirancang lunakkan beban itu, tanpa ganggu identitas klub. Analisis internal proyeksi bahwa modal baru bisa tingkatkan nilai klub 20 persen dalam tiga tahun, cukup untuk incar transfer seperti Erling Haaland jika peluang muncul. Bagi Pérez, ini bukan soal uang semata, tapi visi: Madrid harus tetap raja Eropa di era pasca-pandemi, di mana pendapatan matchday saja tak cukup.
Reaksi Campur dari Sosio hingga Pengamat
Tak heran jika proposal ini picu badai reaksi. Di kalangan socios, opini terbelah: sebagian dukung karena janji transparansi dan dividen potensial, tapi ribuan lainnya protes di forum online, sebut itu “penjualan jiwa klub”. Seorang socios senior bilang, “Kami bukan Manchester United yang dijual ke Amerika; kami milik rakyat Madrid.” Demonstrasi kecil di luar markas klub pekan lalu tunjukkan ketegangan, meski polling awal beri dukungan 55 persen.
Pengamat sepak bola lebih optimis. Analis seperti Guillem Balague puji Pérez sebagai “visioner”, bandingkan dengan reformasi Barcelona di era Laporta yang gagal karena terlalu konservatif. Namun, ada kekhawatiran soal pengaruh investor: apakah mereka campur tangan soal transfer atau strategi? Di La Liga, presiden Javier Tebas dukung ide serupa untuk dorong pertumbuhan liga, tapi kompetitor seperti Atletico Madrid khawatir ketidakseimbangan. Di level Eropa, UEFA pantau ketat, pastikan tak langgar aturan multi-klub ownership. Secara keseluruhan, perdebatan ini soroti evolusi sepak bola: dari klub komunitas ke entitas bisnis, dengan Madrid sebagai uji coba.
Kesimpulan
Rencana Florentino Pérez jual 49 persen saham Real Madrid jadi titik balik potensial di November 2025—langkah berani yang bisa perkuat posisi klub di puncak, tapi juga uji loyalitas akar rumputnya. Dengan alasan strategis kuat dan reaksi campur, ini bukan sekadar transfer uang, tapi pernyataan visi Pérez untuk era baru. Jika socios setuju, Madrid bisa jadi model bagi klub Eropa lain; jika tidak, itu pengingat bahwa tradisi tak selalu bisa dikorbankan. Saat Los Blancos kejar gelar ke-16 Liga Champions musim ini, proposal ini tambah lapisan intrik: apakah investasi eksternal bawa trofi lebih banyak, atau justru erosi identitas? Yang jelas, keputusan akhir akan bentuk warisan Pérez selamanya, dan dunia sepak bola tunggu dengan napas tertahan.
