Kevin De Bruyne Bungkam Semua Kritikan di Liga Champions. Kevin De Bruyne kembali jadi pusat sorotan di Liga Champions, dan kali ini dengan cara yang paling manis: membungkam semua kritik yang sempat menggema. Pada 1 Oktober 2025, gelandang asal Belgia itu tampil prima saat Manchester City ditahan imbang 2-2 oleh AS Monaco di Stade Louis II. Meski City gagal raih tiga poin penuh, kontribusi De Bruyne tak terbantahkan—dua assist krusial untuk brace Erling Haaland di babak pertama jadi bukti kelasnya. Ini datang setelah hujan kritik pasca-laga Premier League lawan Inter Milan akhir pekan lalu, di mana ia disebut kurang tajam meski cetak penalti. Di usia 34 tahun, De Bruyne tunjukkan ia masih ratu lini tengah Eropa. “Saya main untuk tim, bukan opini,” katanya singkat pasca-laga. Laga ini, bagian dari fase grup UCL 2025/2026, jadi momen sempurna bagi KDB untuk balas dendam. Mari kita bedah bagaimana ia lakukan itu. BERITA TERKINI
Kritik Sebelumnya dan Latar Belakang Performa De Bruyne: Kevin De Bruyne Bungkam Semua Kritikan di Liga Champions
Sebelum duel Monaco, Kevin De Bruyne jadi sasaran amuk massa. Di laga Premier League kontra Inter Milan pada 28 September 2025, City menang 2-1 berkat penalti De Bruyne di menit 72, tapi banyak yang anggap ia “malas” di 60 menit pertama—hanya satu key pass dan penguasaan bola 78 persen tapi minim ancaman. Media seperti The Guardian sebut performanya “setengah hati”, ingatkan cedera hamstring yang bikin ia absen hampir setengah musim lalu. Ini bukan pertama: musim 2024/2025, De Bruyne cuma main 18 laga karena masalah fisik, dan spekulasi pensiun dini sempat ramai.
Tapi De Bruyne tak pernah goyah. Sejak pulih total Juli lalu, ia mulai bangun ritme: tiga assist di tiga laga Premier League awal, termasuk sundulan ajaib lawan West Ham. Di UCL, laga pembuka City lawan Inter Milan pekan lalu berakhir 3-1, di mana De Bruyne ciptakan dua peluang emas untuk Haaland. Kritik vs Inter justru jadi bahan bakar—ia posting di Instagram: “Kerja terus, bicara di lapangan.” Latar belakang ini tunjukkan De Bruyne bukan pemain biasa; dengan 112 caps UCL dan rekor 25 gol-50 assist, ia ikon City yang haus trofi. Monaco jadi panggung ideal: tim Prancis yang haus poin, tapi lemah di lini tengah.
Performa Luar Biasa De Bruyne Lawan Monaco: Kevin De Bruyne Bungkam Semua Kritikan di Liga Champions
Di Stade Louis II, De Bruyne langsung nyala. Mulai dari menit pertama, ia orkestrasi serangan City dengan visi passing ikoniknya. Assist pertama lahir di menit 10: umpan panjang akurat ke Rodri, yang lalu set up Haaland finis dingin—key pass ke-100 De Bruyne di UCL. Yang kedua, menit 28, sundulan Haaland dari corner De Bruyne yang “insidious” seperti disebut komentator. Statistiknya gila: 92 persen akurasi umpan (58 dari 63), tiga key passes, dua dribel sukses, dan menang enam duel dari delapan. Meski diganti Mateo Kovacic di menit 60 untuk rotasi—keputusan Guardiola yang kontroversial—dampaknya sudah telak: City unggul 2-0 saat itu.
Guardiola puji habis-habisan: “Kevin seperti profesor, ia baca permainan lebih cepat dari siapa pun.” Di babak kedua, meski City kebobolan dua gol (tembakan jarak jauh Magassa dan penalti Dier injury time), De Bruyne tak salah—ia ciptakan satu peluang lagi sebelum keluar. Rating WhoScored: 8,7/10, tertinggi di skuad. Ini respons sempurna ke kritik: bukannya defensif, ia main lebih agresif, pressing tinggi dan intersepsi krusial lawan Zakaria. Monaco, yang kuasai bola 45 persen babak pertama, kewalahan—pelatih Hütter akui, “De Bruyne ubah segalanya.” Performa ini ingatkan kenapa ia kapten City: kreator tak tergantikan.
Dampak untuk Manchester City dan Karier De Bruyne
Kontribusi De Bruyne tak hanya statistik; ia bangun momentum City di Grup C UCL. Dengan empat poin dari dua laga (kemenangan atas Inter sebelumnya), City tetap puncak meski seri ini. Haaland, yang cetak brace berkat assist KDB, bilang: “Kevin bikin hidup saya mudah.” Ini kurangi tekanan pada lini tengah yang sempat goyah pasca-cedera De Bruyne musim lalu—sekarang, Bernardo Silva dan Foden bisa fokus serangan, sementara Rodri jaga keseimbangan. Guardiola rencanakan rotasi lebih hati-hati jelang laga Premier League lawan Fulham akhir pekan, tapi De Bruyne dipastikan starter lawan Real Madrid akhir Oktober.
Bagi karir pribadi, ini booster besar. Di usia 34, De Bruyne tolak tawaran Saudi dan perpanjang kontrak City hingga 2027. Rekor UCL-nya kini 25 gol-52 assist, dekat rekor Messi di level klub. Kritik yang dibungkam ini juga inspirasi: ia jadi contoh bagi pemain muda seperti Oscar Bobb. Di timnas Belgia, pelatih Domenico Tedesco panggilnya untuk Nations League November, targetkan Piala Dunia 2026. Secara keseluruhan, laga Monaco tunjukkan De Bruyne tak pudar—ia evolusi, lebih pintar hemat energi tapi tetap mematikan. City, dengan KDB di puncak, tetap favorit treble.
Kesimpulan
Kevin De Bruyne tak hanya bungkam kritik—ia hancurkan mereka dengan dua assist brilian lawan Monaco, buktikan kelasnya di Liga Champions tetap tak tertandingi. Dari hujan cercaan pasca-Inter hingga rating 8,7 di Stade Louis II, KDB tunjukkan mental baja dan visi jenius yang bikin City bergantung padanya. Meski seri 2-2 ini tinggalkan rasa getir, performa De Bruyne jadi sinyal positif: City siap tempur di Eropa. Di usia senja karir, gelandang Belgia ini bukti legenda tak pernah usai. Pekan depan, Fulham tunggu—dan De Bruyne pasti siap lagi. City fans, bersyukurlah punya ratu seperti dia.