Pelajaran Penting Untuk Milan dari Pertandingan Lawan Parma. Akhir pekan Serie A matchday ke-11 membawa kekecewaan bagi AC Milan yang terpeleset di markas Parma. Skor akhir 2-2 di Stadio Tardini, Sabtu malam 8 November 2025, terasa seperti tamparan setelah Rossoneri unggul 2-0 di babak pertama lewat gol Alexis Saelemaekers dan penalti Rafael Leão. Comeback Parma melalui Adrian Bernabé dan Enrico Delprato di babak kedua membuat Milan gagal naik ke puncak klasemen, tertinggal dua poin dari Inter. Di bawah Massimiliano Allegri yang baru saja kembali, hasil ini soroti celah skuad yang seharusnya lebih solid. Bukan kekalahan, tapi imbang ini jadi pelajaran berharga: dari error individu hingga taktik yang perlu diasah. Apa saja yang harus diambil Milan untuk bangkit di paruh musim? INFO SLOT
Error Individu yang Hancurkan Keunggulan: Pelajaran Penting Untuk Milan dari Pertandingan Lawan Parma
Babak pertama Milan tampil dominan, mengontrol bola dengan possession 62 persen dan minim peluang lawan. Gol pertama Saelemaekers di menit ke-12 lahir dari serangan balik cepat yang dimulai Estupiñan dan Strahinja Pavlović, dituntaskan tembakan rendah kaki kiri dari assist Nkunku. Tiga belas menit kemudian, penalti Leão usai pelanggaran pada Saelemaekers bikin skor 2-0—momen yang seharusnya jadi modal kuat. Tapi, stoppage time babak pertama, Bernabé cetak gol indah dari luar kotak, kurangi defisit jadi 2-1. Itu awal longsor.
Yang bikin sakit, gol kedua Parma di menit 62 sepenuhnya gara-gara blunder individu. Estupiñan gagal membersihkan bola di lini belakang, kalah duel dengan penyerang lawan, langsung beri umpan ke Bernabé yang lolos marking. Delprato lalu selesaikan dengan sundulan tepat sasaran. Ini bukan kejadian pertama; musim ini Milan sudah kehilangan lead di tiga laga karena kesalahan serupa. Pelajaran utama: keputusan cepat di bawah tekanan harus diasah. Allegri pasca-laga akui, “Kami punya dua gol unggul, tapi satu momen buruk ubah segalanya.” Tanpa perbaikan ini, ambisi Scudetto bakal terhambat, apalagi lawan tim papan atas nanti.
Kelemahan Bertahan: Posisi dan Seleksi yang Perlu Dievaluasi: Pelajaran Penting Untuk Milan dari Pertandingan Lawan Parma
Lini belakang Milan jadi sorotan terbesar. Jan-Carlo De Winter, yang dipasang di tiga bek tengah, lagi-lagi tunjukkan ketidakstabilan posisi—sering terlambat tutup ruang saat Parma transisi. Ini ekspos kerentanan, terutama saat skuad cuma andalkan tiga bek inti: De Winter, Matteo Gabbia, dan Pavlović. Di menit-menit akhir, ganti ke formasi empat bek tak cukup selamatkan, meski Maignan bikin dua saves krusial, termasuk tolak tendangan bebas Hernani.
Seleksi Allegri juga dipertanyakan. Memilih Estupiñan ketimbang Bartesaghi, yang tampil apik di laga sebelumnya, terasa aneh—Estupiñan langsung blunder di laga ini. Begitu juga Youssouf Fofana di lini tengah, yang gagal ikuti lari Delprato untuk gol kedua, meski performanya musim ini naik-turun. Ini ingatkan Milan soal kedalaman skuad: rotasi tak boleh abaikan momentum pemain muda. Statistik babak kedua buruk—Parma unggul tembakan 9-5, dengan 4 on target. Pelajaran di sini jelas: evaluasi form bulanan harus prioritas, bukan senioritas. Januari nanti, tambah bek tambahan jadi keharusan, atau lini belakang bakal terus jadi pintu bocor.
Output Serang dan Reaksi Tim: Komposur yang Hilang
Serangan Milan punya kilau di awal, tapi pudar cepat. Leão dan Saelemaekers duet apik babak pertama—Leão cetak penalti dingin, Saelemaekers ciptakan peluang sendiri. Tapi babak kedua, mereka boros: Saelemaekers lolos kiper Suzuki tapi tembakan melebar, Leão gagal assist ke Pulisic di menit 76. Ini pola musim ini—konversi peluang cuma 14 persen, di bawah rata-rata Serie A. Luka Romero dan Christian Pulisic, yang masuk dari bangku cadangan, beri energi segar, tapi terlambat; Loftus-Cheek tambah tenaga usai ganti Nkunku di menit 60.
Luka Modrić, di usia 40, jadi pahlawan tak terduga—lari tak kenal lelah tutup ruang tengah dan hampir cetak gol dari jarak jauh di menit 90. Reaksi tim usai kebobolan juga lambat: setelah gol Delprato, Milan cuma ciptakan dua peluang serius, sementara Parma naik agresif. Pelajaran krusial: komposur di final third harus ditingkatkan, plus reaksi cepat saat momentum berganti. Allegri puji Maignan sebagai “penyelamat poin,” tapi tekankan, “Kami harus belajar jaga intensitas 90 menit.” Ini jadi pengingat: skuad bintang tak cukup tanpa mental juara.
Kesimpulan
Imbang 2-2 lawan Parma jadi cermin bagi AC Milan: unggul awal bagus, tapi error individu, kelemahan bertahan, dan kurang komposur hancurkan peluang. Dari blunder Estupiñan-Fofana hingga seleksi Allegri yang debatable, plus borosnya Leão-Saelemaekers, pelajaran ini harus langsung diaplikasikan. Musim masih panjang, dengan Inter dan Juventus mengintai, tapi kalau tak perbaiki ini, finis top-four pun terancam. Positifnya, poin ini selamatkan momentum usai kemenangan besar sebelumnya. Allegri punya waktu sepekan jelang laga berikutnya—waktunya terapkan pelajaran, atau risiko terpeleset lagi. Bagi Rossoneri, ini bukan akhir, tapi panggilan bangun lebih kuat. Serie A tak ampuni kelengahan.
