vinicius-jr-marah-saat-dirinya-diganti-di-el-clasico

Vinicius Jr Marah Saat Dirinya Diganti di El Clasico

Vinicius Jr Marah Saat Dirinya Diganti di El Clasico. Malam penuh gairah di Santiago Bernabeu pada 26 Oktober 2025 berakhir dengan kemenangan tipis 2-1 bagi Real Madrid atas Barcelona dalam El Clasico pekan kesepuluh La Liga musim 2025/2026. Gol Kylian Mbappe di menit ke-20 dan Jude Bellingham di babak kedua membalikkan keadaan setelah Robert Lewandowski membuka skor untuk tamu. Tapi sorotan utama bukan kemenangan itu—melainkan ledakan emosi Vinicius Junior saat diganti pelatih Xabi Alonso di menit ke-72. Bintang Brasil itu berjalan langsung ke terowongan sambil berteriak kesal, melewati Alonso tanpa jabat tangan, dan bahkan konfrontasi singkat dengan Lamine Yamal usai laga. Ini bukan sekadar tantrum; ini gambaran ketegangan di skuad Madrid yang sedang panas, di mana satu keputusan bisa picu badai. Bagi Alonso, yang baru setahun menangani tim, momen ini jadi ujian pertama besar: bagaimana tangani bintang temperamental di tengah persaingan sengit. Fans Madrid campur aduk—ada yang dukung Vinicius sebagai pahlawan, tapi yang lain khawatir ini retakkan harmoni tim. INFO CASINO

Ledakan Emosi Vinicius yang Jadi Headline: Vinicius Jr Marah Saat Dirinya Diganti di El Clasico

Segera setelah wasit tiup peluit untuk penggantian, Vinicius tampak tak percaya. Ia berdiri di pinggir lapangan, tangan menunjuk ke dada sendiri sambil berteriak ke arah bangku cadangan. “Ini gila! Aku lagi on fire!” katanya dalam bahasa Portugis yang bergema di siaran langsung, sebelum berjalan pergi dengan langkah berat. Kamera tangkap ia melempar botol air ke bangku, lalu storm off ke ruang ganti tanpa menoleh ke Alonso. Ini bukan pertama kalinya Vinicius tunjukkan sisi panasnya—musim lalu ia pernah bentak wasit di laga Liga Champions—tapi di El Clasico, ini terasa lebih pribadi. Usai laga, ia tambah konfrontasi dengan Yamal, pemain muda Barca, di koridor pemain: keduanya saling tatap tajam sebelum dipisah staf keamanan. Vinicius, yang sudah sumbang satu assist malam itu, merasa penggantian itu merampas momentumnya. Statistik tunjukkan ia ciptakan tiga peluang emas sebelum diganti, dengan dribel sukses 80 persen. Ledakan ini langsung viral; jutaan tayangan di platform sosial dalam hitungan jam, dengan fans Barca ejek sebagai “drama queen”, sementara pendukung Madrid bela sebagai “passion murni”. Bagi Vinicius, yang sering hadapi rasisme di Spanyol, momen ini seperti pelampiasan frustrasi yang lebih dalam.

Alasan Taktis Penggantian dari Perspektif Alonso: Vinicius Jr Marah Saat Dirinya Diganti di El Clasico

Xabi Alonso, mantan gelandang Madrid yang kini jadi pelatih, tak terlihat terganggu saat Vinicius pergi. Di konferensi pers, ia bilang tenang: “Vinicius luar biasa malam ini, tapi kami butuh energi segar untuk jaga lead.” Penggantian itu masuk akal secara taktis: Madrid unggul 2-1, tapi Barca dorong serangan habis-habisan dengan Yamal dan Raphinha di sayap. Vinicius, yang main 72 menit, sudah tampak lelah—jarak larinya turun 15 persen di babak kedua, dan ia kalah duel satu lawan satu dua kali. Masuknya Rodrygo, yang langsung ciptakan peluang berbahaya, bukti keputusan Alonso tepat: skuad bertahan solid hingga akhir, meski Emiliano Martinez di gawang Barca heroik tepis tembakan Mbappe.

Alonso akui akan bicara pribadi dengan Vinicius besok pagi. “Kami tim, dan emosi bagian dari sepak bola, tapi harus terkendali,” katanya. Ini strategi khas Alonso: gabungkan disiplin dengan empati, seperti saat ia tangani situasi serupa di Bayer Leverkusen musim lalu. Penggantian itu juga bagian rencana rotasi; dengan jadwal padat—Liga Champions lawan Dortmund akhir pekan—Alonso tak mau risiko kelelahan Vinicius, yang sudah main penuh di lima laga terakhir. Tapi kritik muncul: beberapa analis sebut ini kurang hormati bintang utama, terutama di El Clasico di mana Vinicius sering jadi pembeda. Data musim ini tunjukkan Madrid menang 70 persen laga saat Vinicius main lebih 80 menit, tapi Alonso prioritaskan keseimbangan skuad. Keputusan ini jadi pengingat: di Madrid, tak ada yang tak tergantikan, bahkan pahlawan Brasil itu.

Dampak untuk Tim Madrid dan Rivalitas yang Memanas

Insiden ini langsung rasakan getarannya di skuad Madrid. Pagi ini, 27 Oktober 2025, latihan di Valdebebas berjalan tegang; Vinicius absen dengan alasan “istirahat”, sementara rekan seperti Bellingham dan Mbappe beri dukungan di media sosial: “Vini, kami bareng kamu.” Alonso pakai momen itu untuk rapat tim, tekankan “satu tujuan: trofi.” Klasemen La Liga kini unggul Madrid tiga poin dari Barca, tapi kemenangan ini terasa pahit karena bayang-bayang konflik internal. Fans di Bernabeu awalnya sorak Vinicius saat diganti, tapi sorak itu berubah jadi bisik-bisik saat ia pergi. Rumor beredar: Vinicius ancam tinggalkan klub jika tak dapat jaminan starter, meski sumber dekat bilang itu cuma emosi sesaat.

Lebih luas, ini tambah panas rivalitas El Clasico. Barca, yang kalah meski dominasi penguasaan bola 55 persen, ejek insiden itu sebagai “khas Madrid: drama lebih penting dari sepak bola.” Yamal, yang dapat kartu kuning karena protes, bilang usai laga: “Dia marah karena tahu kami lebih baik.” Ini bisa picu dendam panjang; musim lalu, konfrontasi Vinicius dengan pemain Barca sudah sebabkan kontroversi. Bagi Madrid, ini ujian harmoni: skuad campur bintang seperti Mbappe dan Bellingham butuh pemimpin seperti Alonso untuk satukan visi. Jika tak ditangani, bisa ganggu ambisi gelar—mereka favorit La Liga dan Liga Champions, tapi satu retak bisa longsorkan segalanya. Analis prediksi: bicara Alonso-Vinicius akan redakan api, tapi momen ini jadi pelajaran berharga di musim yang panjang.

Kesimpulan

Ledakan marah Vinicius Junior saat diganti di El Clasico adalah campuran passion dan frustrasi yang khas sepak bola Spanyol: satu keputusan taktis Alonso picu badai emosi, tapi kemenangan 2-1 tetap jadi poin krusial. Dari teriakan di pinggir lapangan hingga konfrontasi dengan Yamal, ini tunjukkan betapa dalamnya taruhan di laga ini. Alonso punya peluang ubah momen negatif jadi kekuatan tim, asal bicara terbuka dengan bintangnya. Bagi Madrid, ini pengingat: dominasi tak datang gratis; butuh keseimbangan antara individu dan kolektif. Musim 2025/2026 masih panjang, dengan trofi menanti, tapi El Clasico ini sudah tinggalkan jejak: Vinicius, si pahlawan temperamental, adalah aset sekaligus bom waktu. Fans Madrid harap api ini jadi bahan bakar, bukan penghancur—karena di Bernabeu, emosi selalu jadi senjata ganda.

 

BACA SELENGKAPNYA DI…

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *